Setelah sebelumnya membahas seputar kalimah, dimana didalamnya juga telah disebutkan isim dan fi’il. Pada kesempatan ini kita akan membahas perbedaan antara isim dan fi’il.
Baca juga: Pengertian Kalimah dalam Ilmu Nahwu
Ciri-Ciri Isim

1. Berharokat Kasroh (Al-khafdh/الْخَفْضُ)
Ahli nahwu berpendapat bahwa الْخَفْضُ yaitu suatu harokat kasrah yang disebabkan oleh suatu ‘amil (perbuatan) atau yang mewakilinya.
Misalnya harakat kasroh pada huruf rā’ pada kata (بَكْرٍ), contoh kalimatnya adalah مَرَرْتُ بِبَكْرٍ yang artinya Saya lewat di depan Bakr.
Baca juga: Pengertian Huruf dalam Nahwu
Bakr pada contoh diatas adalah nama orang dan nama orang merupakan bagian dari isim dimana diakhir dari isim tersebut berharokat kasroh.
Contoh Kalimat Berharokat Kasroh
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
1 :الفاتحة
2. Berharokat Tanwin
Secara bahasa para ahli nahwu berpendapat bahwa tanwīn artinya bersuara (التَّصْوِيْتُ).
Sedangkan secara istilah tanwīn adalah nun mati yang ada pada akhir sebuah isim yang diucapkan. Akan tetapi tidak ditulis karena dianggap tidak perlukan, dan cukup diganti dengan cara mengulang harakat pada huruf terakhirnya (pada penulisannya).
Contoh Isim yang Diakhiri dengan Harakat Tanwīn:
Artinya | Isim yang Diakhiri Harakat Tanwīn |
Muḥammad | مُحَمَّدٌ |
Teruskan | إِيْهٍ |
Buku | كِتَابٌ |
Diam | صَهٍ |
Muslimat | مُسْلِمَاتٍ |
Beberapa wanita yang bernama Fāthimah | فَاطِمَاتٍ |
Contoh Kalimat yang Berharokat Tanwin
فَلاَ تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Al-Baqarah ayat 22
3. Diawal Kata Diselipkan (أَلْ)
Berdasarkan matan disebutkan bahwa “دُخُوْلُ “أَلْ” فِيْ أَوَّلِ الْكَلِمَةِ”, maksudnya salah satu ciri dari isim adalah pada awal katanya diselipkan “Al” (أَلْ).
Contoh Isim Yang Diawali dengan “أَلْ”
Artinya | Isim Yang Diawali dengan “أَلْ” |
Lelaki itu | الرَّجُلُ |
Anak itu | الْغُلَامُ |
Buku itu | الْكِتَابُ |
Sekolah itu | الْمَدْرَسَةُ |
Rumah itu | الْبَيْتُ |
Kuda itu | الْفَرَسُ |
Contoh Kalimat yang Diawali Al “أَلْ”
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ
Al-Baqarah ayat 2
4. Didahului Huruf khafdh (jarr)
Ciri-ciri dari isim selanjutnya yaitu didahului oleh huruf khafdh, huruf khafdh adalah huruf jarr. Huruf jarr adalah huruf yang secara umum bisa membuat huruf setelahnya menjadi majrur atau berharokat kasroh.
Baca juga: Pengertian Idhafah dan Syaratnya
Misalnya didahului huruf jarr seperti مِنْ pada kalimat dibawah ini:
ذَهَبْتُ مِنَ الْبَيْتِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
Saya berangkat dari rumah menuju ke sekolah
Huruf-Huruf Jarr
Huruf Jar | Artinya |
مِنْ | Dari |
اِلىَ | Ke |
عَنْ | Dari |
عَلىَ | Diatas |
فِي | Di dalam |
رُبَّ | Banyak atau sedikit |
بِ | Dengan |
كَ | Seperti |
لِ | Kepunyaan (milik) |
Contoh Kalimat yang Didahului Huruf Khafdh (Jarr)
وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ
Al-Baqarah ayat 42
Ciri-Ciri Fi’il

1. Terdapat Huruf Qad (قَدْ)
Ciri pertama pada isim yaitu terdapat huruf Qad, ada dua jenis fi’il yang menggunakan qad yaitu pada fi‘il mādhī dan fi‘il mudhāri‘.
Baca juga: Pengertian Nahwu dan Sharaf
Qad yang masuk pada fi‘il mādhī, maka makna yang ditunjukkan olehnya adalah salah satu dari dua makna, yaitu penegasan (at-taḥqīq) atau kedekatan waktu/hampir (at-taqrīb).
Kalimat yang Menunjukkan pada Makna At-taḥqīq
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman”
(Al-Mu’minūn: 1)
لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْ
“Sungguh Allah telah ridha terhadap orang-orang yang beriman”
(al-Fatḥ: 18)
2. Terdapat Sīn (السِّيْنُ) dan Saufa (سَوْفَ)
Suatu kata disebut sebagai fi’il ia terdapat sin dan saufa didalamnya, dan sin serta saufa sendiri hanya masuk pada jenis fi‘il mudhāri‘.
Kedua Fi’il tersebut menujukkan makna tanfīs, yang berarti di-istiqbāl (makna: masa yang akan datang).
Baca juga: Keutamaan Belajar Bahasa Arab
Ada perbedaan di antara kedua huruf tersebut yaitu kata (السِّيْنُ) dipakai untuk masa yang akan datang yang masa tersebut sudah dekat, sedangkan (سَوْفَ) menunjukkan masa akan datang yang masih jauh.
Contoh Kalimat yang Menggunakan Sin (السِّيْنُ)
سَيَقُوْلُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ
“Orang-orang yang dungu dari sebagian manusia akan berkata“.
(Al-Baqarah: 142)
3. Tā’ ta’nīts sākinah (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ)
Ciri ketiga fi’il yaitu huruf tā’ yang di-sukūn dan menunjukkan perempuan sebagai pelakunya.
Huruf ini hanya masuk pada jenis fi‘il mādhī. Tujuan dari diletakkannya huruf ini pada jenis fi‘il mādhī adalah untuk menunjukkan bahwa pihak yang melakukan suatu pekerjaan tersebut adalah jenis perempuan, baik ia yang berkedudukan sebagai fā‘il maupun nā’ib-ul-fā‘il.
Contoh kalimat dengan Tā’ ta’nīts sebagai fā‘il:
قَالَتْ عَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِيْ
“‘Ā’isyah Umm-ul-Mu’minīn berkata“
Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri fi’il ada tiga yaitu:
- Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mādhī yaitu (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ) tā’ ta’nīts sākinah.
- Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘ yaitu (السِّيْنُ) huruf sīn dan (سَوْفَ) saufa.
- Ciri yang dapat masuk pada fi‘il mādhī dan mudhāri‘ yaitu (قَدْ).
Baca juga: Ciri-Ciri Fi’il (Kata Kerja)
Demikian penjelasan mengenai ciri-ciri isim dan fi’il berserta berbagai penjelasannya. Semoga bermanfaat, barakallahu fiikum…