Pernahkah kamu mendengar tentang dopamine detox? Sebelum kita membahas lebih jauh, coba perhatikan beberapa ilustrasi ini agar dapat memberi gambaran tentang apa yang akan kita bahas.
Pernahkah kamu ketika membuka handphone dengan niat untuk membalas chat WA penting atau membuka email namun jarimu otomatis membuka aplikasi Instagram dan akhirnya scrolling selama beberapa waktu tanpa sadar? Atau berniat membuka laptop untuk mengerjakan tugas namun berakhir menonton video lucu di youtube atau browsing tanpa tujuan? Jika ya, berarti kamu hampir sama dengan sebagian besar orang lain yang mudah untuk terdistraksi apalagi semenjak ini dan hampir seluruh kegiatan bersosialisasi beralih pada online.
Tak dapat dipungkiri sering sekali kita rebahan, scrolling sosial media, bermain game, nonton film hingga berjam jam alias lupa waktu. Padahal waktu tersebut bisa kita manfaatkan untuk sesuatu yang produktif dan bermanfaat seperti mengerjakan tugas, membantu orangtua, hingga berolahraga. Meski kita sudah tahu bahwa kegiatan yang kita lakukan tidak produktif tapi kenapa yak kok rasanya susah sekali merubah kebiasaan kita?
Mengenal Apa Itu Dopamin?

Sehubungan dengan kemajuan teknologi, semua hal menjadi serba instan bahkan termasuk kebahagiaan. Jika kita stress dan suntuk tinggal membuka handphone dan mencari kesenangan instan seperti scrolling sosial media atau menonton youtube. Hingga terlarut dan melupakan apa yang seharusnya kita lakukan. Hal ini ada kaitannya dengan kerja otak kita yaitu dopamin.
Dopamin adalah senyawa kimia organik yang terdapat dalam tubuh kita dan berfungsi sebagai neurotransmitter. Dopamin akan mengirimkan sinyal rasa senang dan bahagia ketika kita sedang melakukan sesuatu yang kita sukai. Sehingga energi dan fokus kita bertambah dan tanpa terasa ketagihan untuk mendapatkan rasa senang itu dengan melakukan hal yang sama berulang kali.
Saat kita scrolling sosial media, melihat foto foto estetik maupun video lucu, hal tersebut menghasilkan dopamin dan membuat perasaan kita menjadi senang. Semakin lama kita melakukannya, maka otak secara otomatis akan melepaskan hormon dopamin dalam jumlah yang besar. Akhirnya menyebabkan kita menjadi betah berjam jam menonton Netflix, bermain handphone, melakukan hobi dan aktifitas lain yang menyenangkan. Bahkan berakibat pada kecanduan melakukan suatu aktifitas tertentu.
Kebanyakan Dopamin Membuat Kita Tidak Produktif?

Dopamin dapat dirasakan pada reward atau imbalan yang akan kita dapatkan ketika kita melakukan suatu aktifitas. Ketika kita haus, maka kita akan minum dan hormon dopamin akan terlepaskan karena kita merasa puas setelah memenuhi rasa haus. Menonton film menghasilkan hormon dopamin, rasa lega setelah menyelesaikan tugas pun menghasilkan hormon dopamin.
Namun hal ini menjadi bermasalah karena semakin sedikit reward yang dihasilkan, maka dopamin yang terlepas akan semakin sedikit pula. Ketika hanya dengan sosial media, film, musik, junkfood, bahkan pornografi yang dapat kita akses dengan mudah dan menghasilkan dopamin berkadar tinggi. Maka kita akan menjadi enggan melakukan aktifitas berat dengan kadar dopamin yang lebih rendah seperti olahraga, mengerjakan tugas, bahkan hingga membersihkan rumah. Hal ini karena tubuh kita harus mengeluarkan effort yang lebih besar. Namun dopamin yang dihasilkan tidak sebesar dopamin yang didapat ketika hanya rebahan dengan scrolling handphone.
Akhirnya tubuh kita lebih memilih untuk mengutamakan aktifitas minim fisik dan menghasilkan dopamin tinggi. Dibandingkan aktifitas yang membutuhkan kekuatan fisik seperti olahraga atau fokusnya otak seperti mengerjakan tugas. Dan hal ini tentunya berdampak buruk pada produktifitas kita. Tentu kamu nggak mau dong semua pekerjaan kita terbengkalai karena tubuh kita secara otomatis memilih untuk rebahan dan mengabaikan tugas yang seharusnya kita selesaikan pada saat itu.
Reset Otak dengan Dopamine Detox

Nah, salah satu solusi untuk mengatasi ketidakproduktifan kita karena distraksi dopamin adalah dengan melakukan dopamine detox atau bisa kita artikan sebagai puasa dopamin. Puasa dopamin adalah suatu istilah mengenai salah satu cara membatasi atau mengatur kegiatan yang memicu pelepasan dopamin tinggi ke otak.
Menurut Dr. Cameron Sepah, professor bidang klinis psikiatri dari University of California yang mengembangkan praktik ini. Beristirahat dari kebiasaan yang memicu pelepasan dopamin dalam jumlah besar akan membantu otak untuk melakukan pemulihan. Sehingga kita dapat terhindar dari kecanduan.
Sehingga tujuan dari puasa dopamin adalah menghilangkan kecanduan terhadap aktifitas impuls atau rangsangan yang bergerak secara tiba tiba tanpa pertimbangan yang baik. Dan mengubahnya menjadi aktifitas yang dapat membuat kita merasa lebih baik dan bahagia dengan porsi dan cara yang tepat seperti berolahraga. Sehingga otak kita tereset dan dapat merasakan rasa senang dari perilaku produktif yang sebelumnya tidak kita senangi.
Bagaimana Cara Melakukan Dopamine Detox?
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan saat kita melakukan puasa dopamin menurut Dr. Cameron, diantaranya yaitu :
- Meletakkan benda yang bisa menjadi stimulus atau pemicu aktifitas tidak produktif berdopamin tinggi seperti handphone pada lokasi yang sulit kita akses. Bisa juga dengan menguninstall aplikasi yang sering membuat kita salah fokus agar kita tidak lagi terdistraksi.
- Melakukan aktifitas alternatif yang tidak sesuai dengan stimulus yang muncul. Misal saat kita stress kita biasanya merasakan dorongan ingin ngemil junkfood, ganti dengan aktifitas yang tidak sesuai yaitu berolahraga. Butuh kesabaran dan konsistensi namun di akhir, kelak dopamin kita akan lebih merespon pada olahraga ketimbang makan. Ini tentang kebiasaan dan semua kebiasaan bisa kita bangun.
- Menggunakan aplikasi yang bisa memblokir situs situs tertentu, semisal kecanduan pornografi. Maka pasanglah portal yang membuatmu tidak bisa mengaksesnya dari handphone atau laptopmu.
Puasa dopamin bukan berarti menahan otak agar tidak melepaskan dopamin. Akan tetapi mengatur otak kita agar terbiasa melepaskan dopamin pada aktifitas produktif yang bermanfaat jangka panjang bagi hidup kita. Bagaimana? tertarik untuk menerapkan puasa dopamin ini?